KATEKIS SEBAGAI PILAR PEMBENTUKAN KADER POLITIK BERINTEGRITAS DALAM TERANG INJIL

BERANDA, OPINI5 views

Peran Katekis dalam Membangun Pemimpin Berintegritas

Di tengah dinamika politik yang semakin kompleks, peran katekis dalam mendidik umat semakin relevan. Katekis, sebagai pengajar dan pemimpin rohani dalam gereja, memiliki tanggung jawab besar. Tidak hanya dalam menyampaikan ajaran iman, tetapi juga dalam menanamkan nilai moral, etika, dan kebenaran Injil. Hal ini penting dalam membentuk pemimpin masa depan yang berintegritas.

Politik adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Ini adalah serangkaian aktivitas yang bertujuan mengartikulasikan suara dan aspirasi masyarakat. Politik sering diartikan sebagai seni mengatur kehidupan demi mencapai kesejahteraan bersama.

Keputusan politik melibatkan pemilihan di antara berbagai alternatif. Pengambilan keputusan dalam politik bersifat kolektif dan mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan ini dapat memengaruhi tujuan bersama (Hipolitus, 2010).

Katekese sebagai Landasan Moral dalam Politik

Katekese adalah proses pendidikan iman yang tidak hanya mendalami ajaran agama. Ia juga membentuk karakter individu berdasarkan nilai-nilai Injil. Ajaran Yesus tentang keadilan, kasih, dan kebenaran sangat relevan dalam politik.

Melalui katekese, para calon kader politik dapat dibekali pemahaman yang dalam tentang nilai-nilai ini. Mereka akan belajar tidak hanya mengetahui apa yang benar, tetapi juga melakukannya. Katekis memainkan peran penting sebagai pengajar nilai agama kepada banyak orang, termasuk politisi.

Posisi katekis dalam kehidupan masyarakat sangatlah penting. Katekis dibutuhkan untuk menjadi garam dan terang dunia. Karena itu, katekis harus berani masuk dan terlibat dalam gerakan politik (Mansur, 2014).

Integritas Politik dalam Terang Injil

Integritas adalah elemen penting yang harus dimiliki setiap pemimpin. Kader politik yang berintegritas mampu berpegang teguh pada prinsip moral, meski menghadapi situasi sulit. Katekese menjadi alat yang efektif untuk menanamkan integritas ini.

Pengajaran yang berfokus pada moral dan etika membantu individu menghadapi tantangan politik. Dalam terang Injil, integritas adalah kualitas yang tidak dapat ditawar. Pemimpin yang berintegritas berperan besar dalam menjaga kesejahteraan sosial.

Ajaran Yesus dalam Sabda Bahagia (Matius 5:1-12) menekankan pentingnya keadilan dan keberpihakan pada kaum lemah. Nilai-nilai ini harus menjadi fondasi bagi setiap kader politik. Mereka perlu berkomitmen untuk melayani rakyat dengan tulus dan adil.

Keadilan dan Kejujuran dalam Kitab Suci

Kitab Suci Perjanjian Baru menekankan pentingnya kejujuran. Salah satu contohnya adalah ajaran Yesus tentang membayar pajak kepada Kaisar. Yesus berkata, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Hal ini mengajarkan pentingnya hidup dalam kejujuran dan keadilan. Kita tidak boleh mengambil hak milik orang lain.

Perjanjian Lama juga menggarisbawahi pentingnya bersikap adil. Dalam Yeremia 22:3, Tuhan berfirman, “Lakukanlah keadilan dan kebenaran. Lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya. Jangan menindas atau memperlakukan orang asing, yatim, dan janda dengan keras, serta jangan menumpahkan darah orang yang tidak bersalah.”

Ayat ini mengajarkan tentang keadilan sosial dan perlakuan yang adil kepada sesama. Tuhan memerintahkan kita untuk hidup dengan menjunjung tinggi keadilan, kebenaran, dan kasih. Terutama, terhadap mereka yang lemah.

Katekis sebagai Pilar Pembentukan Kader Politik Berintegritas

Sebagai pilar pembentukan kader politik berintegritas, katekis memainkan peran penting. Mereka membentuk karakter dan moral calon pemimpin bangsa. Melalui katekese, generasi pemimpin politik dapat terinspirasi untuk menjadi intelektual, bermoral, dan transparan. Mereka juga akan setia pada nilai-nilai Injil.

Peran katekis sangat strategis dalam menciptakan perubahan positif dalam dunia politik. Tujuannya adalah membangun masyarakat yang lebih manusiawi dan penuh kasih.

 

(Oleh: Emanuel Kardinal Rupa)

(Mahasiswa STIPAS St. Sirilus Ruteng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *