Kota Ruteng yang terletak di Flores, Nusa Tenggara Timur memang dikenal dengan suhu udaranya yang sejuk dan dingin karena berada di dataran tinggi. Suasana dingin kota ini menciptakan atmosfer contemplatif yang mendalam, terutama ketika seseorang berada dalam kesunyian sebuah ruangan.
Penggambaran “dalam kesunyian” dan “rindu” menciptakan nuansa perasaan yang kuat. Kesunyian bukan hanya tentang ketiadaan suara, tapi juga bisa menjadi momen introspektif di mana seseorang merasakan kehadiran rindu dengan lebih intens. Dinginnya Ruteng seolah memperkuat perasaan ini. udara yang menusuk kulit seakan mengingatkan pada kehangatan yang dirindukan.
Dalam konteks budaya Manggarai di mana Ruteng berada, kesunyian sering dikaitkan dengan “nai bakok” – hati yang merasa sepi atau kosong. Suasana dingin kota ini bisa menjadi katalis yang membuat perasaan rindu semakin mengental, seperti embun pagi yang menyelimuti perbukitan Ruteng.
Menikmati momen seperti ini, meski diwarnai kerinduan, bisa menjadi pengalaman yang mendalam dan bermakna. Kadang justru dalam kesunyianlah kita bisa menemukan kedamaian untuk mengolah dan memaknai rindu yang kita rasakan.