Mencari Kehangatan di Balik Kabut Dingin

OPINI113 Dilihat

Ruteng, kota kecil di Manggarai, adalah tempat di mana dinginnya udara sering menyusup hingga ke hati. Kabut yang turun di pagi hari dan udara yang menggigit kulit membawa suasana romantis, tetapi juga kesunyian yang dalam. Di tengah dingin yang membalut ini, terkadang bukan hanya secangkir kopi atau selimut tebal yang kita butuhkan—melainkan pelukan seorang yang penuh kehangatan.

Pelukan adalah bahasa universal yang menyampaikan cinta, kenyamanan, dan kehadiran. Dalam suasana Ruteng yang dingin, pelukan bisa menjadi pengingat bahwa kita tidak sendiri. Ada kekuatan luar biasa dalam sentuhan sederhana itu, yang bisa mencairkan bekuan dingin di hati sekalipun.

Namun, kehangatan yang dicari di Ruteng tidak hanya berasal dari pelukan fisik. Kehangatan juga muncul dari kebersamaan yang tulus. Saat kabut menyelimuti kota, duduk bersama keluarga di depan perapian, berbagi cerita, atau sekadar menikmati makanan khas Manggarai seperti jagung bose, menjadi momen yang mempererat hubungan.

Di balik romantisme kabut yang menyelimuti Ruteng, kota ini mengajarkan bahwa cinta adalah kunci untuk mengalahkan dingin. Cinta kepada sesama, cinta kepada tradisi, dan cinta kepada alam. Ruteng mungkin dingin, tetapi dengan pelukan cinta, baik dari seorang yang istimewa maupun dari komunitas yang saling peduli, kehangatan sejati akan selalu terasa di tengah kabut yang membeku.