Senja Pemberi harapan

BERANDA, PUISI49 Dilihat

Di pintu masuk bulan Mei, senja menanjak di ufuk barat, melepas doa dalam cahaya harapan dari langit kepada bumi yang letih. Ia datang bukan membawa janji, tetapi melepaskan—perlahan, tanpa pamit, tanpa luka.

Mentari diam-diam mengulurkan tubuhnya ke pangkuan cakrawala, seperti harapan yang terbungkus dalam doa, dan awan jadi selimut puisi yang perlahan menghilang dalam pangkuan.

Senja bukanlah perpisahan antara hidup dan mati; ia hanya menjadi jembatan antara dua napas: antara harapan dan penyesalan, antara langkah pulang dan rindu yang belum sempat terucapkan.

Dan ketika doa menemukan tujuannya, dan langit, lembar puisi yang memudar, mengajari kita bahwa keindahan tak selalu harus abadi untuk bisa dikenang.

Karena senja menyadari, segala yang indah harus reda, agar malam punya alasan untuk menyalakan harapan dalam bintang, dan hati punya alasan untuk percaya pada fajar pemberi harapan.

“(Harapan yang terbungkus oleh senja)”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *